Wednesday, 24 June 2015

Sepotong Kisah Dari Eks Kota Petro Dolar, Lhokseumawe

Sepotong Kisah Dari Eks Kota Petro Dolar, Lhokseumawe
Tulisan lhokseumawe dengan latar cahaya lampu saat akan memasuki kota Lhokseumawe 

Dulu, kota yang dikenal dengan petrodollar terkenal kemana-kemana. Sumbangsih hasil perut kota ini mampu membangun nusantara ini. tidak diragukan lagi akan hal tersebut. kota penghasil gas alam terbesar pada era tahun 70an sampai tahun 80an.

Kota Lhokseumawe begitulah namanya. Kota yang terletak di lintasan jalan nasional Banda Aceh-Medan dulunya adalah ibukota kabupaten Aceh Utara. Seiring jalannya waktu, Aceh Utara dulunya yang terbentang luas dimulai dari Samalanga sampai Panton Labu pecah menjadi 3 wilayah administratif. Lhokseumawe berdiri jadi Kota Madya dan 2 daerah lainnya Aceh Utara yang beribukota di Lhoksukon dan Bireuen yang beribukota di Bireuen yang dikenal sebagai kota Juang.

Lhokseumawe dulu merupakan kota industri dengan beberapa perusahaan besar beroperasi di wilayahnya. Sebut saja PT PIM (PT Pupuk Iskandar Muda), PT AAF(Aceh Asean Fertilizer) dan PT KKA(PT Kertas Kraft Aceh). perusahaan perusahaan besar tersebut mampu berdiri karena dengan adanya pasokan gas untuk menghidupi mesin raksasanya dari ladang gas Aron. Selain itu, hasil gas itu di ekspor ke luar negeri yang kesemua rupiah itu masuk ke kantong negara.

Lalu, lhokseumawe sendiri dan secara keseluruhan Aceh apa yang bisa didapat dari hasil peruh bumi tanoh rencong ini? apakah rakyat dilingkaran peusahaan penyedot Gas itu sudah sejahtera? bagaimana nasib para masyarakat yang harus pindah dari tanahnya untuk dibangun perusahaan itu? Penulis rasa sudah tidak harus lagi membahas hal itu, namun penulis hanya ingin menyegarkan pikiran kita tentang apa yang terjadi di tanoh Aulia ini.

Masa itu, Kota Lhokseumawe begitu dikenal oleh orang banyak. Pekerja asing datang ke Lhokseumawe untuk mengeruk kekayaan alam di bawah perut Lhokseumawe. Tak heran, Lhokseumawe kala itu dilabeli dengan sebutan kota Petro Dollar. Geliat perekonomian di kota Lhokseumawe sangat menguntungkan para pelaku ekonomi. Namun pemerintah Lhokseumawe kala itu lupa daratan akan keberlangsungan pendapatan untuk daerah. Cukup terlena dengan hasil dari gas alam sampai lupa akan hal apa yang akan diandalkan ketika gas alam Aron habis.

Nyatanya, Oktober 2014 silam merupakan pengapalan terakhir LNG untuk diekspor ke Korea Selatan. Kini kilang PT Aron telah dioperasikan sebagai terminal penerima dan regasifikasi LNG. Lalu bagaimana dengan wajah kota Lhokseumawe kini?... 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2014-2015 SuA Atjeh