Friday, 10 April 2015

Menikmati Suasana Malam Hari Kota Sigli Aceh




Oleh :Isvani

Masyarakat pidie dikenal dengan masyarakat perantau yang mengadu nasib di negeri orang. Kebanyakan pria di kabupaten yang beribukota Sigli ini keluar dari kampung halaman merantau ke beberapa daerah di lain di aceh dan bahkan ke luar Aceh. Itulah tabiat orang pidie yang sudah turun temurun dari pendahulunya.

Beberapa hari yang lalu aku dan seorang kawan mengunjungi kota ibukota kabupaten Pidie, Sigli. Tepatnya 2 hari kami berada di kabupaten itu. Setelah menyusuri kegelapan Gua Aulia Tujuh di Laweung dan menikmati pemandangan persawahan di Kabupaten Pidie. Malam harinya selepas magrib kami singgah ke rumah saudara sikawan di Garot dan berencana bermalam dirumah saudaranya.

Sesampai di rumah saudara sikawan, tubuh kami harus segera disirami air setelah seharian melawan terjalnya perbukitan jalan ke gua tujuh. Melihat kondisi jalan seperti itu membuat kami heran akan kerjanya pemerintahan di daerah. Jalan di ibukota provinsi berlapis-lapis namun disini hanya dilapisi dengan batu perbukitan, benar-benar alami jalannya. Hahahha. Tidak mau berlama-lama dengan sakit hati terhadap pemerintah itu, pasalnya permasalahan itu akan aku tulis pada kesempatan lainnya. Aku janji, Insya Allah.

Segar rasanya badan ini setelah bermandikan air di daerah perkampungan. Kami segera berpakaian karena berencana malam ini akan berkeliling kota sigli. Aku pribadi belum pernah kota sigli walaupun sudah puluhan kali sudah pernah melewatinya sewaktu pulang ke Aceh Utara. Namun hanya lewat saja tanpa pernah sekalipun singgah di kotanya. Lain hal dengan si kawan, ia sudah sedikit banya tahu seluk beluk kota sigli. Malam ini aku akan dibawa sikawan mengelilingo kota kabupaten Pidie.

Saudara sikawan memanggil kami untuk bersegera ke dapur karena makanan malam sudah dipersiapkan. Makan malam pun sudah berlalu dan kami meminta izin untuk keluar ke kota Sigli.

Motor sikawan menderu memecah keheningan malam di perkampungan kabupaten itu. Pasangan muda mudi bergelantungan di kendaraan menuju tempat yang sudah mereka rencanakan. Laju kendaraan kami sebentar-sebentar harus diperlambat karena  banyak lobang yang menganga di tengah jalan. Dasar pemerintah, aku mengumpat dalam hati.

Lampu-lampu kota sudah mulai terlihat dengan segala kekerlipan yang dipancarkannya. Ah aku rindu kampung halaman , walaupun kampung aku bukan dikota namun kota di dekat kabupaten aku punya kenangan tersendiri dalam perjalanan hidup ini. waktu akan menentukan nantinya.

Kendaraan yang kami pakai memasuki jalanan perkotaan. Orang-orang saling mendahului satu sama lainnya. Suasana malam minggu di kota Sigli cukup gemerlap.

“ kalau di Sigli, malam minggu orang berkumpulnya di Alun-alun, kesana kita” ucap sikawan memberitahu.

Deru kendaraan saling bersahutan satu sama lain, memecah suasana malam minggu di perkotaan Sigli. Betapa kecilnya kota sigli dibandingkan dengan kota ibukota provinsi, itu sudah pasti, namanya saja kota kabupaten dengan segala kekurangan yang menghinggapinya. Motor yang kami kendarai semakin dalam memasuki wilayah perkotaan. tiba-tiba.......

 BERSAMBUNG KE BAGIAN SELANJUTNYA............................................

*Penulis adalah penggiat alam bebas, saat ini sedang menyelesaikan pendidikan di fakultas psikologi dan fakultas hukum Unsyiah.



1 comment:

Copyright © 2014-2015 SuA Atjeh