Tuesday, 30 June 2015

Kopi dan Eksistensi Warung kopi di Aceh

Kopi dan Eksistensi Warung kopi di Aceh
ilustrasi

Inilah negeri kami, negeri dengan segala kemudahan alam yang diberikan untuk kami kelola dan menikmati hasilnya. Negeri para pecinta kopi dan tentunya manusia yang suka duduk di warung kopi. Ketika di warung kopi maka tidak ada perbedaan kawan dan musuh. Di atas meja warung kopi antara orang saling berperang bisa saling gencatan senjata. Alias kata, pertikaan berakhir bila sudah di warung kopi walaupun nantinya akan berlanjut. 

Kopi menjadi alat sosial mempererat manusia antar sesamanya. Di Aceh sendiri kedai kopi menjadi barang yang tidak langka untuk ditemukan. Di negeri ujung pulau andalas ini, kedai kopi bahkan menjadi julukan di salah satu kota di Negeri ini. Kota dengan seribu kedai kopi yang menghiasi setiap sudut penjuru kota paling di ujung negeri ini. yang paling dikenal ya pasti Solong dan memang sudah dikenal dari dulu sebelum kedai kopi di Banda Aceh hadir bak jamur di musim hujan seperti saat ini.

Kedai kopi bagi masyarakat Aceh bukan hanya sekedar untuk menikmati aroma khas dari kopi, apalagi bila kopi luwak dari dataran tinggi Gayo. Kedai kopi di mata orang-orang Aceh sudah menjadi suatu tempat yang punya nilai lebih dalam kehidupan sosial dan perkembangan pemikiran orang-orang Aceh. kedai kopi menjadi lahan untuk memperbincangkan persoalan sosial, ekonomi bahkan juga sebagai tempat untuk menghujat para pemerintah yang tidak becus mengurus rakyat. Bahkan bisa lebih dari itu pengaruh kedai kopi dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Jika ingin membandingkan dengan orang-orang eropa yang suka minum bir dan tempatnya sudah pasti di Bar maka orang Aceh suka minum kopi yang biasa disebut ngopi dan sudah pasti tempatnya ya kedai kopi. Di kedai kopi juga menjadi tempat orang saling melepas kerinduan bila sudah lama tidak jumpa dengan mengajak bareng ngopi. Bahkan dalam persoalan politik kedai kopi juga punya tempat yang spesial sendirinya. 

Ada jargon yang sering terdengar bahwa diplomasi minum kopi sering terjadi di negeri ini. biasanya, bila persoalan sudah sampai di atas meja kedai kopi maka sebuah perkara akan mudah terselesaikan. Lagi lagi, kedai kopi punya kekuatan politik yang mumpuni dalam pergulatan politik kekuasaan. Dulunya, sewaktu negeri ini masih berkecamuk dengan peperangan, banyak petinggi dua pihak yang bertikai sangat akur ketika sama-sama di meja kedai kopi. Sungguh aneh kan kekuatan kedai kopi di negeri ini!!

Terlepas dari semua itu, sepatutnya kita bersyukur kedai kopi menjadi perekat hubungan sosial sesama. Tidak saling memandang rendah status masing dan bisa saling melebur dalam semua anggota masyarakat. Kedai kopi bila ingin di bawa ke arah positif maka hal positif pula yang kita dapatkan, begitu pula sebaliknya.....

Banda Aceh Juni 2015


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2014-2015 SuA Atjeh