Pelebat, Kesenian Beladiri Dari Tanoh Alas
Masyarakat aceh
tenggara memiliki kesenian beladiri yang hampir sama dengan orang-orang betawi.
Orang betawi dengan dua jagoan akan memamerkan kekuatan masing-masing dalam
mengadu ketangkasan, kecepatan, ketepatan dalam berkelahi. Budaya itu ternyata
ada juga dalam kehidupan masyarakat alas di aceh tenggara. Di aceh tenggara
kesenian tersebut disebut dengan pelabat, lalu apa itu kesenian Pelebat?
Secara bahasa pelebat
berasal dari kata "Rubat" (Red-Bahasa Alas) artinya jika diterjemahkan ke bahasa indonesia
adalah "Berkelahi" sehingga pelebat dapat diartikan adalah suatu
kebudayaan dimana dua orang melakukan perkelahian yang saling menunjukkan
kepandaian dalam ilmu bela diri dan juga menunjukkan keberanian tanpa
kenal menyerah.
Pada masa dulu sebelum
belanda datang, senjata yang digunakan dalam kesenian pelebat adalah Mekhemu
(Red-Pedang Khas Suku Alas), namun, setelah Belanda menguasai Tanoh Alas
dimulai pada tahun 1904 penggunaan “Mekhemu” tidak diperkenankan lagi karena
akan membahayakan bagi siapa saja yang memainkannya, sehingga digantilah
penggunaan “Mekhemu” dengan sepotong bambu yang tumbuh subur di Jatung
paru-paru dunia ini.
Pelebat biasanya dimainkan pada saat keluarga mempelai pria hendak mau ke rumah mempelai wanita yang mana rumah tersebut biasanya disebut dengan "Ni pengembunan". kedua keluarga mempelai baik pria maupun wanita sama-sama menurunkan dua orang pemuda dari kalangan keluarganya masing-masing untuk memainkan pelebat, sebelum adu tangkas ini dimulai biasanya akan ada yang namanya pengukuran bambu agar tidak terjadi yang namanya beda bulu.
.
Pelebat biasanya dimainkan pada saat keluarga mempelai pria hendak mau ke rumah mempelai wanita yang mana rumah tersebut biasanya disebut dengan "Ni pengembunan". kedua keluarga mempelai baik pria maupun wanita sama-sama menurunkan dua orang pemuda dari kalangan keluarganya masing-masing untuk memainkan pelebat, sebelum adu tangkas ini dimulai biasanya akan ada yang namanya pengukuran bambu agar tidak terjadi yang namanya beda bulu.
.
Selain itu, Pelebat juga sering dimainkan pada saat menjamu tamu-tamu kehormatan
yang datang dari luar. Namun sayang sungguh sayang, pelebat pada saat ini kesenian
itu sudah sangat jarang dihelat oleh masyarakat Alas. mungkin jika ditanya pada generasi muda saat
ini di Aceh tenggara mereka banyak yang tidak tahu kesenian ini. sesuatu hal
yang sangat disayangkan jika generasi muda sekarang saja tidak mengetahui
budayanya sendiri, maka dapat dibayangkan bagaimana dengan generasi muda yang
akan datang.
Berikut ini tata cara melaksanakan kesenian pelebat seperti dikutip dari dapat dari serambi Aceh :
Berikut ini tata cara melaksanakan kesenian pelebat seperti dikutip dari dapat dari serambi Aceh :
Dalam langkah ningcini, mata mencari kelengahan lawan dengan gerak cepat
melompat dengan langkah menerkam, memukul lawan seirama dengan pemukulan
canang, yang ditabuh dengan posisi duduk dan berdiri, sepak pemain,
memukul dan menangkis, sedangkan peserta terbanyak melakukan pukulan
dianggap menang begitu juga sebaliknya dan dibarengi dengan sorak sorai
para hadirin penonton.
(http://kaisosogarcia.blogspot.com/)
0 komentar:
Post a Comment