Thursday 26 February 2015

Pelebat, Kesenian Beladiri Dari Tanoh Alas

Pelebat, Kesenian Beladiri Dari Tanoh Alas

Masyarakat aceh tenggara memiliki kesenian beladiri yang hampir sama dengan orang-orang betawi. Orang betawi dengan dua jagoan akan memamerkan kekuatan masing-masing dalam mengadu ketangkasan, kecepatan, ketepatan dalam berkelahi. Budaya itu ternyata ada juga dalam kehidupan masyarakat alas di aceh tenggara. Di aceh tenggara kesenian tersebut disebut dengan pelabat, lalu apa itu kesenian Pelebat?  

Secara bahasa pelebat berasal dari kata "Rubat" (Red-Bahasa Alas) artinya jika diterjemahkan ke bahasa indonesia adalah "Berkelahi" sehingga pelebat dapat diartikan adalah suatu kebudayaan dimana  dua orang melakukan perkelahian yang saling menunjukkan kepandaian dalam ilmu bela diri  dan juga menunjukkan keberanian tanpa kenal menyerah.

Pada masa dulu sebelum belanda datang, senjata yang digunakan dalam kesenian pelebat adalah Mekhemu (Red-Pedang Khas Suku Alas), namun, setelah Belanda  menguasai Tanoh Alas dimulai pada tahun 1904 penggunaan “Mekhemu” tidak diperkenankan lagi karena akan membahayakan bagi siapa saja yang memainkannya, sehingga digantilah penggunaan “Mekhemu” dengan sepotong bambu yang tumbuh subur di Jatung paru-paru dunia ini.

    Pelebat biasanya dimainkan pada saat keluarga mempelai pria hendak mau ke rumah mempelai wanita yang mana rumah tersebut biasanya disebut dengan "Ni pengembunan". kedua keluarga mempelai baik pria maupun wanita sama-sama menurunkan dua orang pemuda dari kalangan keluarganya masing-masing untuk memainkan pelebat, sebelum adu tangkas ini dimulai biasanya akan ada yang namanya pengukuran bambu agar tidak terjadi yang namanya beda bulu.
.
Selain itu, Pelebat juga sering dimainkan pada saat menjamu tamu-tamu kehormatan yang datang dari luar. Namun sayang sungguh sayang, pelebat pada saat ini kesenian itu sudah sangat jarang dihelat oleh masyarakat Alas.  mungkin jika ditanya pada generasi muda saat ini di Aceh tenggara mereka banyak yang tidak tahu kesenian ini. sesuatu hal yang sangat disayangkan jika generasi muda sekarang saja tidak mengetahui budayanya sendiri, maka dapat dibayangkan bagaimana dengan generasi muda yang akan datang.

Berikut ini tata cara melaksanakan kesenian pelebat seperti dikutip dari dapat dari serambi Aceh  :

Dalam langkah ningcini, mata mencari kelengahan lawan dengan gerak cepat
melompat dengan langkah menerkam, memukul lawan seirama dengan pemukulan
canang, yang ditabuh dengan posisi duduk dan berdiri, sepak pemain,
memukul dan menangkis, sedangkan peserta terbanyak melakukan pukulan
dianggap menang begitu juga sebaliknya dan dibarengi dengan sorak sorai
para hadirin penonton.

 (http://kaisosogarcia.blogspot.com/)

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2014-2015 SuA Atjeh