Ketika Kita Tidak " Tahu Siapa Diri" Dan " Darimana Berasal"
ilustrasi |
Oleh : Isvani
Budaya
memang akan menampilkan bagaimana kepribadian seseorang manusia. Manusia yang
berbudaya tentunya memiliki peradaban yang lebih tinggi dengan manusia yang
tidak berbudaya. Budaya adalah sebagai realitas kehidupan tentang bagaimana
keadaan kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Tulisan
ini berhubungan dengan budaya dan juga potret syariat islam yang ada di Aceh
pada zaman saat ini. tulisan ini terinspirasi dari suatu ketika di pantai alue
naga. Kejadiannya tepat pada Sabtu tempo hari. Hari itu lumayan rame yang
mengunjungi pantai alue naga. Mulai dari warga disekitaran banda aceh dan Aceh
besar dan hari itu ternyata ada juga yang datang dari luar negeri.
Dari
gayanya dapat disimpulkan mereka datang dari negeri jiran Malaysia. Pemandangan
miris pun terlihat ketika mata ini mulai mengobservasi keadaan di pantai Alue
naga sore itu. Pemandangan yang tidak seharusnya mata ini melihatnya sehingga
otak ini pun tidak berfikir dan menganalisis kondisi Aceh masa kini. Beginilah keadaan
yang aku amati :
Saudara-saudara
kita yang dari malaysia tadi setelah diamati, mereka yang perempuan memakai
busana yang muslimah seperti bagaimana yang diatur di negeri syariat ini.
walaupun mereka memakai celana tapi bajunya menutup sampai ke lutut
kaki-kaki mereka. Celana yang mereka
kenakan pun tidak seperti kebanyakan dara-dara kita yang pakai di tanah ini.
celana
mereka dari kain dan tidak ketak. Baju yang mereka kenakan pun tidak ketat
membentuk keindahan badannya. Sehingga bisa dipastikan tidak akan membangun
otot-otot(red:nafsu) para kaum Adam yang memandangnya. Dan sudah pasti tidak
akan ada kekerasan gender seperti yang sering terjadi negeri nusantara ini.
artinya, Gadis-gadis malaysia yang dimaksud tadi sangat menjaga martabat harga
dirinya terutama di negeri syariat ini.
Berlanjut
pemandangan aku ke gadis-gadis kita(Aceh). Mata ini terus memandang hilir mudik
gadis-gadis kita yang terkadang ada yang berpasangan dengan sang kekasih dan
yang sesama gadis-gadis. Nah, terlihat kontras perbedaan ketika mata dan otak
ini melihat antara gadis-gadis malaysia tadi dengan gadis-gadis kita. Gadis-gadis
kita yang entah dari nenek moyangnya yang mana diikuti berpakaian tidak sesuai
dengan nama negeri ini. tidak sesuai dengan seperti yang selalu dikoar-koarkan
oleh pemerintah dan kebanyakan orang.
Masih
berbangga hati menggunakan pakaian yang ketat dan membungkus otot-ototnya(Red:
Badan). Namun, tidak semua gadis-gadis kita yang seperti itu. Tentunya masih
ada gadis kita yang sadar akan siapa dirinya dan darimana asalnya. Tapi hanya
sedikit sekali gadis kita yang masih sadar akan hal tersebut. Lebih senang
dengan budaya orang lain ketimbang dengan budaya nenek moyangnya yang hidup
beratus tahun yang lalu.
Saat
ini bukannya celana yang dipakai dengan ketat mencekik daging badannya, namun
Rok saat ini pun sudah dipakau dengan ketat sehingga lebih-lebih lagi membungkus otot-otot yang di
belakangnya. Satu lagi, kainnya terkadang sangat tipis sehingga garis-garis
yang ada di badannya menonjolkan diri keluar. Sungguh suatu perbedaan antara
gadis-gadis kita dengan gadis-gadis saudara kita dari negeri seberang.
Apa yang
dapat diambil kesimpulan dari kejadian tersebut ? begini yang terhimpun :
Budaya
negeri kita menuju gerbang kehancuran dengan budaya baru yang kita anut
tersebut. Gadis-gadis negeri tersebut dengan mulianya menghargai tentang aturan
kita disini sedangkan kita tuan rumah tak tau aturan dinegeri sendiri. Kemudian
gadis seberang tersebut menampilkan sesuatu yang baik sebagai citra mereka dari
negerinya. Terlepas kita tidak tau bagaimana perilaku mereka dinegerinya.
Namun
mereka telah menampakkan yang baik dinegeri kita sedangkan kita untuk negeri
sendiri tidak mau menampakkannya. Itu hal yang bisa otak ini menangkapnya dari
kejadian yang diatas. Tulisan ini bukan maksud untuk memvonis bahwa gadis-gadis
kita telah hilang sama sekali moralnya, namun tulisan ini sebagai cerminan bagi
siapa saja untuk membangun negeri ini yang lebih baik yang tau akan siapa
dirinya dan darimana berasal.
*Penulis adalah pemerhati sosial budaya dan alam.
mahasiswa FH Unsyiah dan Psikologi Unsyiah
0 komentar:
Post a Comment